Senin, 27 Desember 2010

Budidaya Jamur Tiram di Medan




Banyak peluang untuk mendapatkan keuntungan. Salah satunya dengan budidaya jamur tiram. Jamur Tiram putih (Pleuratus florida) merupakan salah satu jenis jamur yang saat ini menjadi alternatif pilihan sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi.

Disamping rasanya yang lezat - bahkan mirip dengan daging ayam juga memiliki kandungan gizi yang cukup bermanfaat, sehingga saat ini sudah menjadi pilihan bagi masyarakat sebagai makanan yang layak dikonsumsi. Hal tersebut menjadikan permintaan pasar akan jamur tiram semakin meningkat, bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga permintaan dari luar negeri yang masih sangat besar peluangnya.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur yang hidup di kayu mudah dibudidayakan menggunakan substrat serbuk kayu dan diinkubasikan dalam kumbung. Jamur tiram termasuk jamur pangan potensial yang mempunyai nilai gizi tinggi, dengan kandungan senyawa aktif mampu mengendalikan kesehatan manusia.

Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp. merupakan jamur konsumsi termasuk kedalam Klas Bosidiomycetes. Spesies jamur tiram, Pleurotus ostreatus selain dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi. Selain itu masih banyak species jamur tiram lainnya dari Genus Pleurotus yang telah dibudidayakan antara lain Pleurotus umbellatus, P. flabellatus, P. dryngeus, P. sajor caju, P. iringii, P. abalonus. Jamur tiram yang banyak dikenal oleh petani jamur Indonesia secara umum antara lain : Tiram putih (Pleurotus ostreatus), jenis ini memiliki tangkai bercabang. Disebut jamur tiram putih karena jamur ini memang berwarna putih, tudungnya bulat 3-15 cm. Tiram abu-abu (Pleurotus cystidius), jenis jamur ini tangkainya tidak bercabang, tudung bulat dengan diameter lebih kecil dibandingkan dengan tiram putih. Tiram abu-abu keunggulannya mempunyai rasa manis. Tiram raja (Pleurotus umbellatus), atau King oyster tidak bercabang, tudung besar berwarna kecoklat-coklatan dan pecah-pecah bagian pinggirnya.

Kandungan protein jamur tiram rata-rata 3,5-4% dari berat basah. Berarti proteinnya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Bila dihitung dari berat kering jamur tiram kandungan proteinnya adalah 19-35%, sementara beras 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%. Jamur tiram juga mengandung sembilan asam-asam amino esensial yang tidak bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin. Kandungan lemak jamur tiram setidaknya 72% dari total asam-asam lemaknya adalah asam lemak tidak jenuh. Jamur tiram juga mengandung sejumlah vitamin penting terutama kelompok vitamin B, vitamin C dan provitamin D yang akan diubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Kandungan vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol)-nya cukup tinggi. Jamur merupakan sumber mineral yang baik, Kandungan mineral utama yang tertinggi adalah kalium (K), kemudian fosfor (P), natrium (Na), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Namun, jamur juga merupakan sumber mineral minor yang baik karena mengandung seng, besi, mangan, molibdenum, kadmium, dan tembaga. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Mg mencapai 56-70 persen dari total abu, dengan kandungan kalium sangat tinggi mencapai 45 persen.

Menurut Chang dan Miles kandungan logam berat itu masih jauh di bawah batas yang ditetapkan dalam undang-undang Fruit Product Order and Prevention of Food Adulteration Act tahun 1954. Oleh karena itu jamur tiram sebagai sayuran adalah aman dikonsumsi setiap hari, sumber yang baik untuk asam-asam amino yang diperlukan dalam membentuk protein dalam tubuh, sumber yang baik untuk vitamin terutama vitamin B1, B2 dan provitamin D2, dan sumber mineral terutama kalium dan fosfor.

Jamur tiram bisa hidup pada daerah yang bersuhu antara 10 s/d 32 oC. Artinya bila suhu <10 oC jamur tiram tumbuh kurang baik demikian pula apabila >32oC. Adapun pertumbuhan optimum jamur tiram adalah pada suhu 25-26 oC. Secara alamiah di Indonesia daerah yang mempunyai suhu 25-26 oC terdapat pada daerah dataran tinggi kira-kira pada ketinggian 500-1000 m dpl.

Sumber :
TEKNOLOGI BIOPROSES PEMBIBITAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH PERTANIAN
Henky Isnawan H., Netty Widyastuti, Donowati, Jamil, Uswindraningsih
PPP Teknologi Bioindustri
Dalam Prosiding Seminar Teknologi untuk Negeri 2003, Vol. II, hal. 123-126 /HUMAS-BPPT/ANY



Pembudidayaan Jamur Tiram di Medan

Berangkat dari potensi yang banyak untuk dikembangkan dari budidaya jamur tiram dan melihat respon dari masyarakat medan yang banyak berkeinginan untuk membudidayakan jamur tiram ini maka kami mencoba untuk memperkenalkan kepada anda bahwa kami telah hadir ke dunia maya untuk berkenalan kepada anda yang berminat untuk membudidayakan jamur tiram. Kami adalah petani jamur yang merintis budidaya jamur tiram ini semenjak Dua (2) tahun yang lalu. Alhamdulilah sampai dengan saat ini kami masih terus mengelola usaha ini baik pembudidayaannya dan juga untuk pembibitan.

Kami berlokasi di Tanjung morawa, bergerak dalam bidang usaha pembudidayaan dan pembibitan. Bagi anda yang berminat untuk membudidayakan jamur tiram di medan dan sekitarnya dapat menghubungi :



Nama                             : Harianto atau biasa di panggil Anto
HP                                  : 081265318900
Email                              : arihalim78@gmail.com
Harga Bibit                     : 4.000/ baglog



Paradigma Petani di Medan

Sering kali kita melihat suatu kondisi dimana petani kehidupannya masih dibawah standard. Kehidupannya pun masih mengandalkan dari hasil panen yang diharapkan. Pertanyaannya adalah apakah petani tidak ingin maju?? Kalau jujur semua pasti menjawab pasti mau. Pertanyaan berikutnya juga muncul: “Bagaimana caranya??”. Jawabnya banyak cara yang bisa dilakukan terutama untuk menambah penghasilan, salah satunya adalah dengan budidaya jamur. Jamur apa yang bisa dikembangbiakkan? Jamur yang bisa dikembang biakkan adalah jamur tiram, jamur merang atau jamur kancing.
Melihat dari proses hasil pertanian sendiri kita tidak menyadari ada sisa dari hasil pertanian khususnya medan yang masih belum dimanfaatkan yaitu jerami atau damen atau batang padi. Kebanyakan jerami tersebut dibiarkan tergeletak, dikeringkan kemudian dibakar tanpa menghasilkan manfaat apapun. Padahal jika petani mau untuk mengelola sisa hasil panen tersebut bukan tidak mungkin petani bisa mendapat penghasilan tambahan .
Bacalah sebuah realita kehidupan dimana menjadi petani itu menjanjikan :

Dari Dosen Menjadi Petani Jamur Merang
 
Oleh
Widjil Purnomo

KARAWANG – Bagi kalangan petani jamur merang (Volvariella volvacea) di Indonesia, sosok Ir Misa Suwarsa, Msc (49) sudah tidak asing lagi. Pak Misa, begitu ia biasa dipanggil, merupakan satu-satunya ahli jamur merang di Indonesia. Bahkan ia sukses mendidik dan melatih orang yang ingin menjadi petani seperti dirinya.
Itulah sebabnya, rumah Misa yang dikelilingi areal persawahan di Kampung Jatimulya, Mekarjati, Karawang, Jawa Barat, tak pernah sepi dikunjungi tamu, mulai dari pejabat, ilmuwan jamur merang hingga pedagang di pasar.
Menteri Pertanian (waktu itu) Bungaran Saragih merupakan pejabat yang paling sering berkunjung ke rumah Misa. Bahkan suatu kali, Bungaran Saragih datang membawa istri dan tamunya dari Uni Eropa untuk menikmati sate jamur merang.
Suami Yani Maryani (34) ini tak canggung mencangkul sawah bersama petani lain dan memikul jerami dari sawah ke tempat penyimpanan di dekat rumahnya. Tugas utamanya adalah memeriksa tubung-tubung (kamar tempat pembiakan jamur merang yang kedap cahaya) di dekat rumahnya, dengan dibantu sepuluh karyawannya.
"Saya ini petani dan keturunan petani. Jadi aneh rasanya kalau hanya berpangku tangan dan duduk di depan meja seperti orang kantoran," ucapnya terkekeh. Kehidupan bapak dua anak, yakni Muhammad Hidayatullah (10) dan Siti Nurjanah (3) ini sangat bersahaja.
Rumah induknya berukuran sekitar 4x6 m2 berlantaikan semen dengan dinding separuh tembok dan separuh kayu di bagian atas. Tidak ada perabotan yang istimewa kecuali rak yang berisi berbagai literatur.
Di samping rumah dekat tubung, terdapat bangunan tanpa dinding dan di sinilah ia menerima tamu atau berdiskusi dengan murid-muridnya di atas balai-balai.
Misa mengaku bahagia karena pemerintah memberi perhatian pada perkembangan jamur merang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ini terbukti dengan dibentuknya Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Jamur Merang Indonesia oleh Departemen Pertanian yang dipusatkan di rumahnya dan mengangkat Misa sebagai kepalanya. Setiap periode, pemerintah mengirim utusan dari berbagai daerah untuk dididik dan dilatih menjadi petani jamur merang.
"Kini mereka sudah menjadi petani jamur merang. Ada yang sukses, tapi juga ada yang gagal karena jamurnya tidak bisa tumbuh dengan baik. Biasanya yang gagal ini, mereka tidak sungguh-sungguh ingin menjadi petani. Mereka hanya iseng saja," tuturnya.
Kiprahnya di bidang jamur merang, membuat Misa melenggang masuk Istana Negara. Ia mendapat penghargaan sebagai perintis budi daya jamur merang di Indonesia. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 27 Mei 2004. Pada tahun itu pula ia satu-satunya orang asing yang diundang Pemerintah China untuk mendalami jamur merang selama setahun di negara tirai bambu itu.

Petani Memprihatinkan

Menjadi petani jamur merang sebenarnya bukan cita-cita Misa Suwarsa, meski ia anak petani di Depok, Jawa Barat. Kesadaran ini justru muncul saat ia telah mapan sebagai dosen di almamaternya, Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB). "Saya terkesan saat ngobrol dengan seorang profesor dari satu negara di Eropa yang saat itu menjadi dosen tamu di ITB," ungkapnya.
Profesor itu menyatakan prihatin melihat petani Indonesia yang nasibnya sangat malang karena tidak bisa memanfaatkan potensi yang ada di sekelilingnya. Seandainya mereka bisa memanfaatkan jerami, kehidupan ekonominya pasti akan lain. "Jerami dibakar begitu saja. Padahal sisa abunya justru merusak kesuburan tanah karena mengandung karbon," ungkap Misa menirukan profesor itu.
Sebaliknya, jerami bisa dimanfaatkan sebagai media pembudidayaan jamur merang. Secara ekonomis, nilai jual jamur merang enam kali lipat dari nilai padi. Sementara peluang pasarnya sangat besar, terutama China dan Jepang, juga negara-negara Eropa. "Seharusnya ada seorang ahli yang mau membimbing para petani itu agar bisa hidup sejahtera," katanya.
Mendengar ucapan itu, Misa tersentak lalu teringat orang tuanya sendiri yang kesulitan menghidupi anak-anaknya. "Hati saya bergolak antara tetap sebagai dosen atau terjun langsung membimbing petani. Akhirnya saya memutuskan keluar sebagai dosen ITB," kata Misa mengenang peristiwa 15 tahun lalu itu.
Rupanya keputusan itu tidak direstui orang tua. Tapi Misa yang kala itu masih bujangan, tetap nekad dan malah pergi ke Karawang. "Saya hanya mendengar kalau Karawang itu lumbung padi. Maka saya pergi ke sini, meski tidak punya bekal dan tidak punya saudara," ungkapnya.
Di Karawang, Misa langsung menuju sekelompok petani di sawah dan mengungkapkan keinginannya untuk membuat jamur merang. Namun ia justru ditertawakan karena sudah banyak usaha jamur merang yang gulung tikar. Hal ini tidak membuat niat Misa surut. Ia tetap minta agar dikenalkan dengan pengusaha jamur merang yang bangkrut itu.
Lantas kepada pengusaha tersebut, Misa menawarkan kerja sama, tapi ditolak karena sang pengusaha kapok membudidayakan jamur merang. Maka kemudian ia menyewa tiga tubung milik pengusaha itu. Di luar dugaan, ternyata tiga tubung itu membuka babak babak baru dalam hidupnya. Hanya dalam tempo sebulan, Misa bisa secara terus menerus memanen jamur merang dan menjualnya sendiri ke pasar. Tak ayal, ia langsung melunasi utangnya termasuk bunga yang digunakan untuk proses produksinya.
Sebelum masa sewa selama setahun habis, Misa sudah mampu membeli lahan di Kampung Mekarjati untuk membangun tiga tubung sendiri. Kini ia memiliki delapan tubung yang setiap tubungnya rata-rata menghasilkan 1.500 kg jamur merang setiap bulan.
"Para pedagang datang sendiri ke sini dengan membeli antara Rp 7.500 hingga Rp 10.000 per kg. Restoran di Jakarta juga ada yang pesan langsung dari sini dengan kualitas yang paling baik. Kami kewalahan melayani permintaan mereka," ucapnya.
Misa juga mengaku ada permintaan untuk mengekspor jamur merang, tapi belum bisa dilaksanakan karena permintaan dalam negeri saja belum bisa dipenuhi.
Bahkan ada sebuah bank asing yang cukup bonafit menawarkan bantuan finansial agar Misa bisa memproduksi besar-besaran untuk ekspor. "Saya menolak karena misi saya bukan seperti itu," tegasnya.

Sumber berita ( http://www.Sinarharapan.co.id )

Contoh berikutnya adalah Pensiunan polisi yaitu bapak Haji Djuhiya, yang berkonsentrasi mengembangkan usaha jamur tiram, berikut uraiannya :

BISNIS JAMUR TIRAM PANTANG SURAM


Belum banyak yang tahu, ternyata jamur tiram adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Kabarnya, jamur tiram akan dijadikan tanaman pangan masa depan.

Dari Cisarua-Bandung Barat, Sabili berkesempatan berkunjung ke sebuah tempat usaha budidaya jamur tiram milik Haji Djuhiya, pensiunan polisi (ajudan inspektur) yang mendapat penghargaan Satya Lencana Pembanguan oleh Presiden RI ke-2 Soeharto. Belum banyak yang tahu, ternyata jamur tiram adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Kabarnya, jamur tiram akan dijadikan tanaman pangan masa depan.

Kerap orang menilai, masa pensiun adalah masa dimana seseorang tidak lagi berguna dan produktif. Boleh jadi benar, tapi hal itu tidak berlaku bagi Haji Muhammad Djuhiya. Di Kecamatan Cisarua, Bandung Barat, Jawa Barat, Djuhiya membuat kelompok Citra Jamur Lestari. Kelompok ini membudidayakan jamur kayu tiram putih yang bergizi tinggi untuk memenuhi pasar lokal dan ekspor.

Awalnya, Djuhiya tidak menanam jamur. Ia semula dikenal sebagai peternak ayam, sapi dan sayur mayur. Usaha jamur tiram baru ia geluti sejak tahun 1991, sesudah memasuki masa pensiun.

“Saya mempelopori ayam ras. Bahkan saya mendapatkan penghargaan sebagai peternak teladan nasional, khususnya sapi perah. Iseng-iseng, saya mencari inovasi baru dengan menanam jamur tiram. Ketika itu sudah ada yang menanam jamur, tapi tidak berkembang,” ungkap Djuhiya.

Bermula dari langseng nasi, Djuhiya memindahkannya ke drum, hingga ia punya ruang-ruang khusus pembudidayaan jamur dengan menggunakan pollibag. Ia juga mendapat bantuan modal dari bank. Singkat cerita, Djuhiya sukses sebagai petani jamur tiram.

Mengikuti jejak Djuhiya, kini terdapat 600 petani yang berusaha jamur, mulai dari Cisarua, Parongpong, dan daerah lainnya. Jika digabung dalam sehari bisa menghasilkan 10-15 ton jamur tiram. Sebelumnya hanya sekilo–dua kilo.

''Permintaan dari luar negeri sebesar 8 ton per bulan belum bisa dipenuhi,'' Djuhiya menjelaskan.

Ketekunannya membudidayakan jamur tiram, menghantarkan Djuhiya menjadi petani sukses. Ia pernah mendapatkan penghargaa Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Soeharto pada 1997. Dari pergulatannya dengan bisnis jamur, kakek berumur 73 tahun dengan 26 cucu dan bercicit 9 itu sempat berkeliling dunia dari Asia, Eropa hingga Afrika. Selatan, Zambia, Sudan, Tanzania, Kenya, Uganda, dan Makkah.

Dalam rangka Hari Pangan se-Dunia di Roma, Djuhiya juga mendapatkan penghargaan dari FAO tahun 1985. Rencananya, Djuhiya diundang untuk menjadi pembicara di Cina.

Djuhiya kini memiliki lahan seluas 1,5 hektare, menyatu dengan tempat tinggalnya. Dalam kesempatan itu, saya diajak keliling ke tempat penanaman budiaya jamur tiram, dengan ruang-ruangnya, mulai dari pembibitan, inkubasi, dan produksi. Adapun media yang digunakan adalah serbuk gergaji, dedak, dan kapur.

Budidaya Jamur Tiram

Tahapan budidaya jamur, antara lain: membuat media dari serbut gergaji dicampur kapur dan dedak, lalu diaduk dan diayak dengan sedikit air/dibasahi; sterilisasi selama 5 jam dengan 100 derajat, dalam karung atau plastic; setelah dingin diinokulasi/masukin bibit; lalu masukan kapas, ikat dengan karung; disimpan di ruang inkubasi selama 2 bulan, baru kemudian dipanen.

Dalam satu hari, Djihiya menghasilkan 300 kilo jamur. Untuk menghasilkan jamur yang bagus, harus memiliki kelembaban suhu 18-25 derajat. Adapun biaya operasionalnya membutuhkan 80 karung serbuk gergaji.

Kiat sukses Djuhiya sebagai petani jamur adalah telaten, kerja keras dan jujur. “Ada modal tidak ada akal gagal, ada akal tanpa modal tidak terwujud, punya akal dan ilmu tapi tidak punya modal tidak terwujud. Bagusnya ada modal ide mekar,” ujar Djuhiya yang berpendidikan akhir Sekolah Rakyat (SR).

Di antara banyak jenis jamur yang sekarang sedang baik prospeknya adalah Jamur Tiram Putih/Shemeji (Pleuratus Astreatus). Jamur ini disebut juga jamur kayu, karena tumbuh pada media kayu lapuk. Jenis jamur kayu lainnya adalah jamur kuping jamur shitake, dan jamur Gauderma.


“Yang paling gampang dipasarkan adalah jamur tiram. Kini anak saya yang paling tua, H. Rahmat lebih maju usahanya,” ujar lelaki kelahiran Bandung 15 Mei 1930. , pendidikan akhir Sekolah Rakyat (SR).

Perhimpinan petani Jamur tiram yang diketuainya (Yayasan Yampi) pernah menyumbang 100 ribu ton gabah kering ke Afrika senilai 17 M. Banyak petani Indonesia yang mendapatkan kesempatan mengajar ke Afrika. Adapun biayanya ditanggung oleh negara.

Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Djuhiya telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di Cisarua.

“Banyak pemuda, baik dalam dan luar negeri yang belajar dengan saya. Mereka belajar 2-4 bulan. Menariknya, pemuda Afrika pun jauh-jauh datang ke Bandung untuk belajar budidaya jamur tiram.” (Adhes/emy)


Pertanyaan berikut yang muncul  adalah jamur apa yang akan dikembangkan? Kembali lagi kepada anda mau mengembangkan yang mana. Jamur merang boleh, jamur tiram boleh. Tetapi jika memang berminat saya hanya bisa membantu dari sisi pembudidayaan jamur tiram saja. Untuk budidaya jamur merang saya sudah pelajari tetapi belum sepenuhnya memahami.

Berapa modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha tersebut berikut uraianya :

Beberapa pertimbangan  yang layak untuk anda dalam mengembangkan budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut :
1. Daya serap pasar masih sangat tinggi dan semakin meningkat.
2. Merupakan konsumsi masyarakat sehingga kebutuhannya akan terus menerus karena habis dimakan.
3. Bahan bakunya mudah diperoleh dan murah.
4. Tidak memerlukan lahan yang luas untuk skala kecil/rumahtangga. Untuk budidaya 5000 baglog cukup dengan lahan 5 x 8 meter persegi.
5. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan
6. Jamur bisa dipanen setiap hari dan tidak mengenal musim
7. Sebagai alternatif pengganti daging yang semakin mahal
8. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan
9. Sisa baglog yang sudah habis masa panennya bisa digunakan sebagai pupuk kompos untuk pupuk kolam ikan, pupuk tanaman, campuran pakan ternak, dll.

Proyeksi pengembangan usaha :
Budidaya jamur termasuk usaha kecil menengah tapi justru inilah yang menjadi tulang punggung pemulihan ekonomi nasional. Disamping itu, produk jamur tiram ada berbagai macam sub-usaha dan turunannya, misalnya :
1. Produksi bibit jamur
2. Produksi jamur tiram segar
3. Produk-produk olahan : krupuk jamur, kripik jamur, abon jamur,sate jamur, dll
4. Kompos dan pakan ternak dari sisa baglog produksi
5. Tempat wisata dll

Berikut adalah ilustrasi perhitungan biaya untuk budidaya jamur tiram :
Diasumsikan budidaya sebanyak 3000 baglog
Biaya pembuatan kumbung : Rp.  3.000.000,- (bisa dipakai untuk 6 musim 


atau 2 tahun)

: Rp.     500.000,- per musim tanam
Pembelian 3000 baglog : Rp. 12.000.000,- (@ Rp. 4.000,-)/baglog
TOTAL INVESTASI  : Rp. 12.500.000,- permusim











Prosentase kegagalan dari 3000 baglog sebesar 10% = 300 baglog, 1 baglog dengan berat 1.4 kg bisa menghasilkan jamur 0.42 – 0.56 kg, lebih jelas, kita ambil yang terendah, yaitu 0.42 kg jamur tiram segar per baglog supaya tidak berekspektasi terlalu tinggi dan timbul kekecewaan nantinya.
Produksi jamur : 2.700 x 0.42 = 1.134 kg
Harga jamur per kg : Rp. 18.000,- untuk daerah medan (harga agen)

: Rp. 25.000 s/d 30.000 harga ecer
Total omset : 1.134 x Rp. 18.000 = Rp. 20.412.000,-

Keuntungan permusim = Rp. 20.412.000 - Rp. 12.500.000 = Rp. 7.912.000,- , dengan asumsi yang dipakai adalah hasil panen terendah dan kita tidak terlalu banyak mengeluarkan waktu dan tenaga karena pemeliharaan maupun pemasaran sudah dikerjakan orang lain.

Kalau ingin hasil yang lebih besar dan memuaskan, tentunya harus sedikit kerja keras lagi untuk berusaha memotong jalur pemasaran langsung ke pasar atau swalayan atau bahkan bisa langsung ke konsumen tanpa melalui agen lagi. Tentunya akan memperoleh harga yang jauh lebih tinggi, dan keuntungan yang diperolehpun cukup tinggi yaitu sekitar Rp. 15.850.000 permusimnya. Bagi para pemula disarankan untuk memulainya secara bertahap.


Apakah biaya diatas cukup mahal?
Jika anda hanya memiliki modal yang minim anda dapat memulai usaha pembudidayaan jamur tiram tersebut dengan sistem bertahap, yaitu dapat dimulai dengan pembudidayaan dengan jumlah baglog sebanyak 1.000, dengan perkiraan modal 6 jutaan anda sudah bisa memulainya.

Bagaimana apakah anda tertarik untuk mulai membudidayakan jamur tiram disekitar anda? Jika anda tertarik silahkan hubungi ke 081265318900 atau melalui  email: arihalim78@gmail.com